f

Jumat, 24 April 2020

Potret Perjuangan Siswa Pedalaman Untuk Ke Sekolah

Indonesia memang sudah merdeka sejak tahun 1945 lalu. Namun dampak dari kemerdekaan itu sendiri belum dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat indonesia.

Masih banyak fasilitas dan sarana prasarana yang belum memadai belum dirasakan sepenuhnya oleh anak–anak di daerah terpencil, terutama di bidang pendidikan di Indonesia.

Perjuangan siswa Indonesia sebelum belajar untuk berangkat ke Sekolah masih dialami oleh beberapa wilayah di Indonesia. Padahal investasi terbaik untuk Negara adalah investasi di bidang pendidikan.

Pendidikan yang berkualitas hanya bisa dinikmati oleh kalangan atas dan mereka yang berada di kota-kota besar.

Sedangkan saudara kita yang berada di pelosok negeri ini yang punya hak sama dengan anak-anak di kota besar untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas harus susah payah dengan melalui perjuangan siswa untuk bisa bersekolah.

Tidak adanya sekolah dan tenaga pengajar membuat mereka harus bekerja lebih keras bahkan ada yang mengorbankan nyawanya untuk bisa sekedar bersekolah.

Mereka harus jalan kaki sejauh 3-4 KM, menyebrangi sungai yang deras,dan melewati rintangan yang ekstrem. Namun semua itu tidak mengurangi semangat mereka untuk menuntut ilmu.
Berikut 5 Perjuangan Siswa Indonesia yang Tinggal di Desa Terpencil

1. Perjuangan siswa di Desa Cicaringin


Pada foto diatas, siswa SD ini tidak sedang melakukan kegiatan outbond. Melainkan perjuangan untuk bisa bersekolah.

Tidak adanya jembatan yang menghubungkan antar desa membuat mereka harus menyebrangi sungai tersebut dengan melewati dan memegangi kawat baja.

Padahal jika mereka terpeleset sedikit saja pasti akan terjatuh ke sungai yang mengalir deras. Kegiatan seperti ini mereka lakukan setiap hari untuk pergi ke sekolah. Namun mereka tetap bersemangat untuk menuntut ilmu.

2. Perjuangan Siswa di Pedalaman Sumba (Sumba)


Siswa SDI Maulumbi ini setiap pagi harus menyebrangi aliran sungai yang sangat deras untuk bisa mencapai sekolahnya.Mereka harus bertelanjang setiap pergi dan pulang dari sekolah. Jika tidak, maka seragam yang dikenakannya akan basah kuyup.

3. Perjuangan Siswa di Kampung Batu Busuk (Sumatra Barat)


Perjuangan selanjutnya datang dari Sumatra Barat, siswa dari kampung batu basuk ini harus menempuh jarak kurang lebih 7 mil atau 11,2 KM untuk pergi ke sekolahnya di kota padang.

Perjalanan pun tidak semudah yang dibayangkan. Mereka harus masuk keluar hutan, melewati jembatan yang telah rusak akibat hujan deras.

Meskipun telah rusak parah dan hanya menyisakan untaian kabel, para siswa tersebut tetap nekat melewati jembatan tersebut.

Mereka harus berhati hati dan menjaga keseimbangan saat melewati jembatan tersebut. Jika tidak mereka bisa terluka, jatuh dan tenggelam bahkan bisa membuat nyawa mereka melayang.

Karena jarak antara jembatan tersebut dengan sungai sangat tinggi, sekitar 9 meter atau 30 kaki.

4. Perjuangan Siswa di Desa Sanghiang Tanjung (Lebak Banten)


Beralih ke desa lain di Indonesia, yaitu desa Sanghiang tanjung. Letak sekolah yang berada di sebrang desa dan dipisahkan oleh Sungai Ciberang, memaksa mereka harus melewati jembatan gantung yang sudah rusak.

Bahkan situs ternama asal inggris, Daily Mail. Membandingkan perjuangan murid desa Sanghiang Tanjung dengan aksi berbahaya film Indiana Jones.

5. Perjuangan Siswa di Desa Suro – Plampungan (Boyolali)


Anak Anak sekolah dasar yang tinggal di desa suro dan desa plampungan jawa tengah ini lebih memilih melewati saluran air yang menghubungkan kedua desa tersebut untuk pergi ke sekolah.

Saluran air ini juga di sebut sebagai jembatan “Shiratal Mustqim” karena setiap orang yang melewati jembatan ini harus memiliki keteguhan dan nyali yang kuat untuk melintasi jembatan ini.

Jembatan yang dibangun pada jaman Belanda ini difungsikan untuk saluran air, meskipun begitu anak anak lebih memilih lewat saluran air ini daripada menempuk jarak lebih dari 6 KM. saluran air ini mempersingkat jarak mereka untuk pergi ke sekolah.

0 komentar:

Posting Komentar